Lawan Pembodohan dengan Literasi
May 18, 2025
Setiap halaman adalah perlawanan terhadap kebodohan yang sistematis.
Oleh: Syam Basrijal – Founder Restorasi Jiwa Indonesia
Di tengah dunia yang kian terhubung, kita hidup dalam zaman yang dipenuhi informasi, tetapi kehilangan makna. Kita tidak lagi kekurangan data, tapi kekurangan kesadaran. Ironisnya, justru di era banjir informasi ini, daya pikir kritis makin lemah, daya tahan batin makin rapuh, dan keberanian untuk menggugat kenyataan makin hilang. Di balik hiruk-pikuk digital, narasi dibentuk secara halus untuk menyeragamkan pikiran. Manusia tidak lagi dibelenggu dengan rantai, tapi dengan algoritma, konten tanpa arah, dan slogan kosong yang terus diulang.
Laporan PISA (Programme for International Student Assessment) 2018 mencatat bahwa 70% lebih siswa Indonesia berada di bawah level minimum dalam kemampuan memahami bacaan. Mereka mampu membaca teks, tapi kesulitan menangkap makna mendalam, membedakan opini dan fakta, atau menyusun pemahaman reflektif. Di saat bersamaan, We Are Social 2024 mencatat rata-rata orang Indonesia menghabiskan lebih dari 8 jam sehari di internet, namun hanya 6 menit untuk membaca buku fisik. Ini bukan sekadar pergeseran kebiasaan, tapi bentuk nyata dari penurunan daya tahan intelektual dan kedalaman spiritual.
Pembodohan hari ini tidak hadir dalam bentuk pelarangan buku atau pembatasan bicara. Ia datang dengan wajah ramah—dalam bentuk hiburan viral, tren sesaat, dan banjir informasi tanpa konteks. Banyak orang tidak sadar sedang dijajah pikirannya, karena tidak pernah diajarkan bahwa berpikir adalah hak. Kebiasaan untuk menerima tanpa menguji, percaya tanpa memahami, telah menjadi kebiasaan kolektif. Inilah yang disebut sebagai penjajahan sistemik kesadaran—bukan dengan kekerasan, tapi dengan pelumpuhan refleksi.
Dan di tengah semua itu, buku hadir bukan sebagai benda, tapi sebagai pelita. Buku bukan sekadar media informasi, tetapi alat untuk membangun kekuatan berpikir dan mengenal diri. Ia tidak hanya memuat pengetahuan, tapi membuka ruang perenungan. Buku mengajak untuk menyerap perlahan, mencerna, mempertanyakan, dan meresapi. Setiap halaman menjadi ruang batin untuk menyadari bahwa kita bisa bebas—bukan hanya dalam bertindak, tapi dalam memahami dan menentukan arah hidup sendiri.
Donasi buku, dalam konteks ini, bukan sekadar bentuk amal. Ia adalah bagian dari perlawanan kolektif terhadap kebodohan yang dirancang. Ketika Anda mengirimkan satu buku, Anda sedang mengembalikan hak berpikir kepada seseorang yang mungkin tak pernah tahu bahwa ia punya pilihan. Anda sedang menyalakan satu cahaya kecil di dalam kepala dan dada seseorang yang hidup dalam kabut manipulasi dan ilusi sosial.
Bangsa yang besar tidak dibangun hanya dengan infrastruktur fisik, tapi dengan infrastruktur kesadaran. Dan kesadaran tidak bisa diwariskan—ia harus ditumbuhkan. Literasi jiwa adalah fondasi dari bangsa yang tidak mudah digiring, tidak mudah dibohongi, dan tidak mudah dilemahkan. Maka jangan biarkan generasi ini hanya bisa membaca, tapi tak mampu memahami. Jangan biarkan mereka hanya tahu kata, tapi kehilangan makna.
Mari lawan propaganda dengan kesadaran. Mari jawab pembodohan dengan pemahaman. Dan mari mulai dengan yang paling sederhana:
1 buku untuk Merdeka Jiwa.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Cras sed sapien quam. Sed dapibus est id enim facilisis, at posuere turpis adipiscing. Quisque sit amet dui dui.
Stay connected with news and updates!
Join our mailing list to receive the latest news and updates from our team.
Don't worry, your information will not be shared.
We hate SPAM. We will never sell your information, for any reason.